JAKARTA - Perkembangan dunia siber yang semakin kompleks membuat berbagai institusi global menyiapkan strategi baru untuk memperkuat pertahanan digital.
Dari perspektif ekosistem regional, pengumuman ITSEC Asia mengenai Cybersecurity & AI Summit 2026 menghadirkan gambaran yang berbeda: Indonesia tidak hanya menjadi tuan rumah acara, tetapi juga diarahkan menjadi pusat dialog dan pengembangan teknologi keamanan siber di Asia Pasifik.
Dengan ancaman siber berbasis AI yang terus berkembang, kebutuhan akan kolaborasi lintas sektor dan lintas negara menjadi semakin mendesak.
ITSEC Asia secara resmi mengumumkan bahwa Cybersecurity & AI Summit 2026 akan digelar di Jakarta. Pengumuman tersebut disampaikan dalam acara Press Conference & Discussion di Jakarta, 5 Desember 2025.
Agenda besar itu memperkenalkan arah ekspansi regional perusahaan, rencana edukasi keamanan siber, serta dorongan untuk memperkuat peran perempuan dalam ruang digital. Penegasan ini menunjukkan bahwa keamanan siber tidak lagi dipandang sebagai isu teknis, tetapi telah menjadi pilar penting dalam transformasi digital.
Presiden Direktur & CEO PT ITSEC Asia Tbk, Patrick Dannacher, menyampaikan bahwa kebutuhan akan keamanan siber berbasis AI kini sudah menjadi kepentingan strategis di tingkat pemimpin industri dan pembuat kebijakan.
“Risiko keamanan siber bukan lagi sekadar isu teknis, melainkan diskusi di tingkat pemimpin perusahaan dan para pembuat kebijakan,” ujar Patrick. Ia menambahkan bahwa fokus ITSEC Asia bukan hanya soal pendapatan, tetapi juga membangun kerja sama antarnegara yang tangguh agar transformasi digital dapat berlangsung aman.
Selain itu, Patrick menyoroti pentingnya memperkuat keterlibatan perempuan dalam ruang digital. Hal tersebut sejalan dengan inisiatif CSR terbaru ITSEC Asia, yakni SheCure Digital.
“Perempuan adalah pengguna digital sangat aktif, namun sering kali terabaikan dalam aspek keamanan. Kami ingin mereka merasa lebih aman, lebih terlindungi, dan lebih inklusif di ruang digital,” katanya.
Indonesia Diproyeksikan Menjadi Hub Keamanan Siber Asia Pasifik
Dalam kesempatan yang sama, Head of Communications ITSEC Asia, Steve Saerang, menjelaskan visi perusahaan yang menempatkan Indonesia sebagai pusat dialog utama mengenai keamanan siber dan AI di kawasan.
Menurut Steve, Indonesia memiliki talenta besar untuk mencapai posisi tersebut. “Kita punya talenta luar biasa. Engineer dan developer kita 100 persen karya anak bangsa,” ujarnya.
Penjelasan Steve disampaikan di tengah meningkatnya ancaman global, termasuk serangan Cleopatra, malware baru yang dapat mengambil alih smartphone hanya melalui satu klik. Kondisi ini memperkuat urgensi pembangunan pusat keahlian siber di Indonesia.
Steve juga mengumumkan bahwa ITSEC Asia akan memperluas operasinya ke negara baru di Timur Tengah. “Teman-teman media adalah yang pertama mendengar bahwa ITSEC akan ekspansi ke negara baru di Middle East,” ujarnya.
Rencana ini menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya pasar, tetapi juga basis pengembangan serta pusat edukasi keamanan siber untuk berbagai negara. Dengan ekosistem digital yang tumbuh pesat, Indonesia dinilai memiliki peluang besar memimpin kerja sama strategis antarnegara dalam menghadapi ancaman berbasis AI.
Dialog Global pada Cybersecurity & AI Summit 2026
Acara puncak Cybersecurity & AI Summit 2026 akan digelar pada September 2026 di Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta. Summit tersebut dirancang sebagai platform strategis yang menghubungkan regulator, Chief Information Security Officer (CISO), pemimpin industri, dan ahli global untuk membahas ancaman siber generasi berikutnya yang diperkuat oleh teknologi AI.
Tahun 2026, summit mengusung tema:
“Empowering AI and Cyber Resilience in Southeast Asia.”
Menurut Steve, tema tersebut menggarisbawahi pentingnya kolaborasi regional dalam menghadapi serangan otonom dan ancaman siber berbasis AI yang tumbuh pesat. “Autonomous attack membutuhkan autonomous defense. Itulah mengapa pertahanan kita juga harus bertransformasi,” tegasnya.
Summit juga akan menyoroti isu kesenjangan talenta siber global. Saat ini lebih dari 50% talenta baru dunia berasal dari Amerika Utara.
Kondisi ini menunjukkan pentingnya investasi jangka panjang untuk memperkuat keahlian keamanan siber di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. ITSEC Asia melihat bahwa peningkatan kapasitas tenaga siber lokal akan menjadi elemen kunci menuju ketahanan digital kawasan.
Penghargaan dan Ekspansi Menuju Ekosistem Siber yang Inklusif
Dalam rangkaian summit, ITSEC Asia akan menggelar Women in Cybersecurity Award, sebuah bentuk apresiasi bagi perempuan yang memberikan kontribusi signifikan di industri keamanan siber.
Menurut Steve, penghargaan ini tidak hanya dijalankan untuk meningkatkan representasi perempuan, tetapi juga memperluas pemahaman publik bahwa keamanan siber membutuhkan berbagai keterampilan.
“Cyber security itu tidak melulu tentang keahlian teknis. Komunikasi, leadership, teamwork semua skill itu dimiliki perempuan. Kami ingin memberdayakan mereka,” ujarnya.
Selain penghargaan tersebut, ITSEC Asia juga menguraikan berbagai rencana ekspansi ke Australia, Singapura, UEA, dan Mauritius.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya memperluas penetrasi global sekaligus menegaskan bahwa keamanan siber merupakan fondasi dari inovasi digital. “Segala sesuatu yang terhubung harus dilindungi. Perlindungan itu mencakup sistemnya, tetapi juga manusianya,” tutur Patrick.
Dengan teknologi seperti platform intelijen siber IntelliBron serta kerja sama global dalam pelatihan dan sertifikasi, ITSEC Asia berkomitmen memperkuat ketahanan digital Indonesia dan kawasan.
Konferensi ditutup dengan penegasan bahwa Indonesia diharapkan dapat menjadi pusat inovasi keamanan siber, bukan hanya konsumen teknologi. “Segala sesuatu yang terhubung harus dilindungi, dan perlindungan itu harus mencakup sistem maupun manusianya,” pungkas Patrick.
Dengan rangkaian program tersebut, Indonesia semakin diarahkan menjadi pusat keahlian dan inovasi keamanan digital untuk Asia Pasifik.